Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us

jumlah pengunjung hari ini

Kamis, Februari 12, 2009

Puitis

Pada Saatnya

Pada Saatnya,

Ketika musim berganti

Dan gugusan mendung yang ranum

Menitikkan tetes hujan pertama

Biduk yang kukayuh akan merapat ke dermagamu

Menyibak kabut keraguan

Lalu mendamparkan hasrat yang hangat dibakar rindu

Pada Saatnya,

Di ujung perjalanan

Akan kubingkai binar matamu

Bersama gelegak gairah jiwaku

Menjadi lukisan indah di lekuk cakrawala

Dalam leleh cahaya bulan melumuri langit

ditingkah semilir angin laut dan tarian ombak

membelai lembut kristal pasir pantai

Pada Saatnya,

Akan kubuatmu terjaga dari lelap tidur

lalu bersama merajut impian yang tak segera usai,

Dalam genangan cinta dipalung kalbu

Dan getar cumbu tak berkesudahan

Tentang Pengorbanan

Ceritakan padaku

tentang pedihnya sebuah kehilangan

Yang terbang diatas awan senja merah saga

Dan menyisakan ngilu menikam didada

Dalam derap waktu yang bergegas

Agar segera kubaluri hatimu

Dengan sejuk bening embun

Dan tulus cintaku

Ceritakan padaku tentang perihnya sebuah pengorbanan

Yang membakar habis segenap asamu

Dan meninggalkan sepotong lara mengendap di dasar kalbu

Agar kubuatkan untukmu

Rumah diatas awan tepat dipuncak larik pelangi

Yang kubangun dari setiap desir rindu dan Khayalan merangkai impian bersamamu

Dari bilik hatiku, yang senantiasa percaya

Kebahagiaan kita adalah keniscayaan tak terlerai

Malam Pengantin

Biarkan degup jantung kita berpadu

Dalam hasrat menyala, yang sudah tersimpan rapi

Sejak cinta kita tumbuh pada awalnya

bagai matahari pagi terbit mendaki bukit demi bukit

Hingga kupasangkan cincin perkawinan

Sebagai tambatan akhir pengembaraanku

Biarkan rindu kita luluh bersama malam

Dalam lembut cahaya bulan dan kerlip kunang-kunang

Lalu perlahan membakar kedua sukma kita

Diatas ranjang peraduan beraroma kenanga

Kemudian terbang menyusuri awan

Hingga kaki langit tempat segala kenangan tentang kita

bersemayam abadi sepanjang musim

Biarkan bintang mendelik cemburu

Pada gelora cinta kita yang membias hingga batas cakrawala

Lalu berpendar indah di seantero angkasa

Dan menepis segala kesangsian

Bahwa Biduk yang kita kayuh berdua

Akan mampu meredakan sejuta badai

Sajak Rindu

Pernahkah kau bayangkan

Rangkaian mimpi yang kupahat di temaram langit

Adalah wujud rinduku yang luruh dalam hening

Dan tenggelam dalam kerik jengkerik di beranda

Pernahkah kau bayangkan

Disetiap rentang waktu yang riuh

dimana kurekat erat binar matamu

Selalu kutitipkan harap disana

Dalam desau angin dan desir gerimis senja

Pernahkah kau bayangkan

Pada kelopak mawar disudut taman

Dan jernih embun yang menitik diatasnya

Kusimpan gigil gairahku yang membara padamu

Disetiap tarikan nafas

saat kulukis paras purnamamu

di kanvas hatiku

Ihwal Hati

Aku adalah alter ego kesunyian

yang secara naif membaca setiap percik pesonamu

memancarkan kemilau di rintik sepi

yang membuatku

mendefinisikan ulang arti nestapa diri

dari sebuah ruang hati

dimana gairah purba itu

tak berhenti membakar nyali

Adakah kau tahu

Di semesta asa yang kubentangkan

dan pada rentang waktu yang deras dialiri kenangan

Selalu kupahat rapi jejak rindu

Tentang kita

Hanya kita

Tegar

Disetiap lapis masa lalu

Dimana angin membatu dan musim tak lagi bergerak

pusaran waktu membuatku terhempas

lalu lepas

dari serpihan detik yang terus mengalun

menuju kehampaan kalbu dan hasrat

yang lantas menjelma menjadi noktah-noktah pucat dirangka langit

Kini,

diujung penantian

tegak kupancang tubuhku menantang badai

dan apapun juga

yang membuat

setiap desah nafasku

luruh bersama asa

MEMETIK BUNGA

kita pernah memetik bunga

pada senja yang rapuh

lalu kau cium aromanya

dengan setarikan nafas rindu

kita simpan saja bunga itu

pada hamparan purnama lalu

biarkan ia menjadi waktu

mengabadi bersama cahaya

Serang, Februari 2008

MENITIPKAN CINTA

pada setangkai mawar

kuabadikan wangimu

pada sehelai kartu

kutuliskan namamu

pada detak waktu

kutitipkan cintaku

MENGALAMATKAN CINTA

ketika langit memerah saga

siapa yang telah mengalamatkan

cinta ini pada dermaga

MELUKIS RASA

mari kita lukiskan saja rasa itu

pada hampar pasir di ujung senja

biarkan saja hanya ombak

yang menyapanya ketika malam tiba

pada derunya

akan kita dengar begitu gelora rasa itu