Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us

jumlah pengunjung hari ini

Rabu, Februari 18, 2009

Racun Pada Daun Ketela Pohon

RACUN PADA DAUN KETELA POHON

Daun ketela pohon ternyata juga mengandung racun, yang dalam jumlah
besar cukup berbahaya. Racun ini tidak hanya dimiliki ketela-ketela yang termasuk
jenis berracun saja, tetapi semua jenis ketela memilikinya. Racun ketela yang
selama ini telah kita kenal baik adalah sianida, yang bila mengkonsumsi pada jumlah
besar akan mengakibatkan kepala pening-pening, mual, perut terasa perih, badan
gemetar, bahkan pingsan. Namun keberadaan zat kimia ini pada jumlah yang
membahayakan hanya terdapat pada ketela-ketela yang memang termasuk ketela
berracun saja.

Jenis racun yang selalu ada dalam daun semua jenis ketelah adalah linamarin.
Menurut penelitian Dr. Bokanga, racun ini paling banyak terdapat di kulit ketela,
kemudian di kulit batang, dan terakhir di daun. Untungnya, baik kulit ketela dan
batang belum ‘lumrah’ dikonsumsi masyarakat kita. Dalam tubuh, racun ini mengikat
lemak, baik yang ada dalam darah meupun dalam daging. Sehingga, pada dosis
rendah, tubuh akan terasa lemas dan pening. Tetapi dalam dosis tinggi penderita
bisa pingsan.

Racun ini mudah berreaksi dengan lemak. Reaksi ini dapat dipercepat dengan
meningkatkan suhu reaksi. Hasil reaksi linamarin dengan lemak ini akan
menghasilkan protein dengan hidrogen-sianida yang telah dikenal sebagai racun
utama ketela pohon. Untungnya hidrogen sianida ini mudah menguap. Dengan
sifat-sifat biokimia ini, maka cara paling aman memasak daun ketela pohon adalah
mereaksikan linamarin menjadi hidrogen sianida dan menguapkannya sebelum
dikonsumsi. Caranya, remas-remas atau potong-potong daun ketela sebelum
dimasak, biarkan selama 5 - 10 menit agar agak layu, lalu direbus dan tambahkan minyak kelapa, bawang putih, ikan, daging, atau telur seberat satu per dua puluh sampai satu per tiga puluh berat daun ketela yang dimasak.

Menurut Dr. Bokanga, dengan cara ini maka akan diperoleh keuntungan ganda:
pertama, memperoleh daun ketela yang bebas racun linamarin, dan kedua
kandungan protein daun ketela yang dikonsumsi lebih tinggi.

TOKSIN MARIN ALAMI

Toksin adalah suatu substansi yang mempunyai gugus fungsional spesifik yang letaknya di dalam molekul dan menunjukkan aktifitas fisiologis yang kuat. Adapun batasan dari toksin adalah substansi tersebut terdapat di dalam tubuh hewan, tumbuhan bakteri dan makhluk hidup lainnya, merupakan zat asing bagi korbannya atau bersifat anti gen dan bersifat merugikan bagi kesehatan korbannya.

Istilah untuk toksin marin khusus digunakan untuk toksin-toksin yang berasal dari organisme laut. Istilah lain yang ada kaitannya dengan toksin adalah racun dan “bisa”. Istilah racun digunakan untuk substansi toksin yang menyebabkan keracunan bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, sedangkan “bisa” bila masuk ke dalam tubuh melalui sengatan atau gigitan.

Kontaminasi toksin alami pada ikan mengakibatkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya. Kebanyakan toksin ini diproduksi oleh alga (fitoplankton). Toksin terakumulasi dalam tubuh ikan yang mengkonsumsi alga tersebut atau melalui rantai makanan mengakibatkan toksin tersebut terakumulasi dalam tubuh ikan. Yang unik dari toksin ini adalah tidak dapat dihilangkan atau tidak rusak dengan proses pemasakan. Oleh karena itu sangat penting pengetahuan terhadap jenis-jenis racun ini untuk menghindari timbulnya bahaya keracunan akibat mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan. Selain itu pengetahuan tentang struktur toksin ini akan membuka wawasan akan kemungkinan pemanfaatannya sebagai obat.

Di Indonesia, hingga saat ini penelitian terhadap toksin marin belum banyak dilakukan. Pada tulisan ini akan disajikan beberapa jenis toksin marin, seperti Tetodotoxin, Ciguatoxin, Paralytic shellfish poison (PSP), Amnesic shellfish poison (ASP), Diarrhetic shellfish poison (DSP) dan Neurotoxic shellfish poison (NSP).

1. TETRODOTOXIN (PUFFER TOXIN)

Tetrodotoxin adalah toksin yang ditemukan pada beberapa spesies ikan buntal “puffer (Fugu sp). Lebih dari 100 spesies “puffer fish” (famili Tetraodontidae) yang menyebar dari perairan sedang hingga tropis, tetapi hanya sekitar 10 spesies yang dikonsumsi, khususnya di Jepang.

Jenis-jenis ikan buntal yang beracun yang terdapat di Indonesia, antara lain: Buntal Duren (Diodon hytrix) dari famili Diodontidae yang bergigi lempeng dan kuat, Buntal Landak (Diodon holacanthus) yang bersirip 14 berduri lemah pada punggung dan dada dan pada sirip dubur terdapat 23 duri lemah. Buntal Kotak (Rhynchostrcion nasus) dan Buntal Tanduk (Tetronomus gibbosus) berduri di kepalanya termasuk famili Ostraciontidae. Buntal Kelapa (Arothron reticularis) yang berciri duri lemah antara 10 -11 pada sirip punggung, 9 – 10 pada sirip dubur dan 18 pada sirip dada. Buntal Pasir (Arthron immaculatus), Buntal Tutul (A. aerostaticus) dan Buntal Pisang ( Gastrophysus lunaris). Semua jenis ikan buntal tersebut beracun, akan tetapi tingkat toksisitas diantara spesies-spesies tersebut berbeda. Ikan buntal tersebut biasanya hidup di daerah terumbu karang.

2. CIGUATOXIN

Sekitar 300 spesies ikan dan “shellfish” yang hidup di perairan dangkal sekitar karang diketahui sebagai penyebab keracunan ciguatoxin. Keracunan yang paling umum terjadi akibat mengkonsumsi ikan karang herbivora dan karnivora yang beracun. Adanya racun pada ikan dikaitkan dengan rantai makanan, dimana sebagai agen toksin adalah Alga ‘blue green” (Gambierdiscus toxicus) yang hidup berkelompok pada permukaan sejumlah rumput laut. Alga tersebut kemudian dimakan oleh ikan herbivora, ikan herbivora dimakan oleh ikan karnivora.

Penyakit atau keracunan yang disebabkan ciguatoxin disebut CIGUATERA (bukan merupakan penyakit yang fatal). Beberapa jenis ikan yang menjadi sumber ciguatera : Lutjanus monostigma, L. bohar (“red snapper”), Gymnothorax javanicus (‘moray eel”), Epinephalus fuscoguttatus, Variola louti (“grouper”) dan Sphyraena picuda (“barracuda”)

SCHEUER (dari Universitas Hawaii) yang memberi nama ciguatoxin, berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa yang menyusun ciguatoxin. Diperkirakan penyusunnya adalah suatu lipida yang tidak umum (unusual) dan senyawa Nitrogen dengan BM sekitar 1500. Adapun rumus kimia dari cigutoxin C35H65NO8.

Tingkat toksisitas ciguatoxin pada bagian tubuh ikan dari yang tertinggi adalah hati (paling toksik), jeroan lainnya dan otot/daging.

Gejala akibat keracunan ciguatoxin adalah gangguan pada cardiovaskuler, gangguan saraf, asthenia dan arthalgia disertai dengan gangguan saluran pencernaan.

3. PARALYTIC SHELLFISH POISON

Senyawa toksik utama dari paralytic shellfish poison adalah saxitoxin yang bersifat neurotoxin. Keracunan toksin ini dikenal dengan istilah “Paralytic shellfish poisoning” (PSP). Keracunan ini disebabkan karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang memakan dinoflagelata yang beracun. Dinoflagelata sebagai agen saxitoxin dimana zat terkonsentrasi di dalamnya. Kerang-kerangan menjadi beracun disaat kondisi lingkungan sedang melimpah dinoflagelata yang beracun yang disebut pasang merah atau ‘red tide’.

Di Jepang bagian selatan ditemukan spesies kepiting (Zosimus aeneus) yang mengakumulasi dalam jumlah besar saxitoxin dan telah dilaporkan menyebabkan kematian pada manusia yang mengkonsumsinya.

4. AMNESIC SHELLFISH POISON

Komponen utama dari amnesic shellfish poison adalah domoic acid. Domoic acid merupakan asam amino neurotoksik, dimana keracunannya dikenal dengan istilah “Amnesic shellfish poisoning”. Keracunan ini diakibatkan karena mengkonsumsi remis (“mussel”). Toksin ini diproduksi oleh alga laut Nitzhia pungens dimana melalui rantai makanan mengakibatkan remis mengandung racun tersebut.

5. NEUROTOXIC SHELLFISH POISON

Komponen utama dari neurotoxic shellfish poison adalah brevitoxin. Keracunan yang disebabkan oleh toksin Brevitoxin disebut Neurotoxic shellfish poisoning”. Keracunan ini diakibatkan mengkonsumsi kerang-kerangan dan tiram. Toksin ini diproduksi oleh alga laut Ptychdiscus brevis dimana melalui rantai makanan mengakibatkan kerang dan tiram mengandung racun tersebut.

Adapun struktur Brevitoxin adalah C50H70O14 dengan berat molekul 894 (daltons).

Gejala keracunannya meliputi rasa gatal pada muka yang menyebar ke bagian tubuh yang lain, rasa panas dingin yang bergantian, pembesaran pupil dan perasaan mabuk.

6. DIARRHETIC SHELLFISH POISON

Komponen utama Diarrhetic shellfish poison adalah okadaic acid. Komponen yang lain adalah pectenotoxin dan yessotoxin. Keracunan yang disebabkan oleh toksin Okadaic acid ini disebut “Diarrhetic shellfish poisoning”. Keracunan ini diakibatkan mengkonsumsi kepah (mussel) dan remis (scallop). Toksin ini diproduksi oleh alga laut Dinophysis fortii dimana melalui rantai makanan mengakibatkan remis mengandung racun tersebut.

Struktur Okadaic acid : C44H70O13 dengan berat molekul 804 (daltons). Senyawa-senyawa dari klas okadaic acid ini mempunyai efek sebagai promotor tumor

Gejala utama keracunan DSP adalah diare yang akut, dimana serangannya lebih cepat dibandingkan dengan keracunan makanan akibat bakteri. Selain itu, muak, muntah, sakit perut, kram dan kedinginan.